Naik Motor ke Gunung Bromo dari Malang Melalui Pacet Mojokerto |
Ini adalah kali ke tiga kami berdua mengunjungi Kawasan Pegunungan Bromo untuk menikmati kembali Pesona Alam desa Suku Tengger berada. Ada Empat akses yang dapat di tempuh menuju Wisata tersebut, Yaitu melalui Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Malang dan Lumajang. Kami pun memilih Jalur Malang, karena sebelumnya Jalur Pasuruan dan Probolinggo sudah pernah kami sambangi.
Jalur Desa Bumiaji Batu Malang |
Jalur Malang menjadi pilihan, karena tujuan kami ingin menyusuri Lautan Pasir Bromo dengan menggunakan Sepeda Motor. Jika di lihat dari peta google map, Jalur Malang memiliki rute terpanjang menyusuri Kaldera Pasir Bromo sebelum akhirnya sampai di pelataran Gunung Bromo. Sebaliknya jalur Probolinggo menjadi Jalur terdekat di susul kemudian Jalur Pasuruan.
Pukul 11:00 kami berangkat dari Trosobo Sidoarjo. Perjalanan tersebut melalui Jalur singkat Pacet Mojokerto menembus Kota Batu lalu menuju Malang. Jalur Pacet kami pilih karena merupakan daerah pegunungan yang beriklim sejuk di banding harus menyusuri Jalan Raya Surabaya- Malang. Pacet memiliki jalur menanjak yang cukup extrim dengan banyaknya pengendara mengalami Rem Blong. Namun jalur tersebut justru ramai di kunjungi para muda-mudi.
Jalur Pacet menuju batu malang |
Jalur Pacet Mojokerto dengan view Gunung dan Jurang |
Jalur Pacet Mojokerto menjadi Jalur Favorite menuju Batu dan Malang. Kalian akan melewati Obyek wisata seperti Sendi Adventure, Arung Jeram, Pemandian Air Panas Cangar, beberapa Air terjun, Petung Sewu, Wisata berkebun, serta Tempat-tempat wisata Alam menarik lainnya. Terhimpit oleh Gunung Arjuno, Gunung Penanggungan, Gunung Welirang serta Anjasmoro menjadikan Pacet daerah Wana wisata yang banyak di kunjungi oleh masyarakat berbagai kabupaten di Jawa Timur.
panorama Tikungan Gajah Mungkur |
Jembatan Kembar Air terjun Watu Lumpang |
Pemandian Air Panas Cangar |
Untuk sampai ke Kota Batu menuju Malang, kami harus melintasi Taman Hutan Raya Raden Soerjo atau di kenal dengan nama Hutan Cangar. Hutan ini menjadi jalur tembus Pacet menuju Desa Bumiaji Kabupaten Batu kurang dari 1 jam. Sedang Bumiaji ke Alun-alun kota Batu sendiri memakan waktu sekitar 30 menit.
Area Lintasan Monyet Cangar |
Spot keren Hutan Cangar |
Kurang dari satu jam menyusuri kawasan hutan raya Cangar, kami di sambut indahnya panorama Desa Bumiaji yang terletak di perbatasan antara Pacet Mojokerto dan Kota Batu. Desa ini lebih tinggi di banding kota Batu Malang, sehingga sering sekali berkabut. Mayoritas Penduduk desa banyak bercocok tanam, tak heran jika lereng-lereng bukit padat di penuhi sayur mayur serta tanaman Apel sebagai iconik-nya Kota Batu Malang.
Spot Selfi pengunjung |
Hamparan Sayur mayur |
desa Bumiaji |
spot selfie pengunjung |
Selepas menikmati panorama Alam desa Bumiaji, Kami melanjutkan perjalanan turun menuju Kota Batu dan tiba di Kota Malang pukul 13:34. Lalu menginap terlebih dahulu di Malang untuk selanjutnya menuju Bromo ke-esokan pagi. Kurang lebih 2,5 jam waktu tempuh perjalanan Sidoarjo - Malang.
Jalur menurun landai menuju Alun-Alun Kota Batu |
kota malang |
Bandahara 21 Guest House menjadi pilihan untuk menginap. Kami memesan kamar sehari sebelum keberangkatan melalui Aplikasi Online Airy Rooms dengan waktu Check in pukul 14:00 sore dan Check out 12:00 siang. Beruntung memiliki voucher discount Airy sehingga hanya membayar sebesar Rp. 56.624,- rupiah saja. Sangat Murah sekali untuk kamar berfasilitas selengkap ini. Menginap dengan Aplikasi AiryRooms sangat memuaskan, sayangnya dampak Pandemi membuat perusahaan Startup ini harus gulung tikar.
Bandahara 21 Guest House |
Bandahara 21 Guest House |
Bandahara 21 Guest House |
Bandahara 21 Guest House |
Bandahara 21 Guest House |
Harga setelah Discount |
Pukul 05:30 pagi kami check out dari Penginapan dan kembali menaiki Motor dengan Rute Malang (Bandahara 21) _ Tumpang _ Gubugklakah _ Ngandas _ Jemplang _ Gunung Bromo. Perjalanan dari Guest House Bandahara 21 sampai dengan Jemplang estimasi memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan jarak tempuh 42km.
google map
Kami melewati Rute Tumpang dan Juga Gubugklakah hingga Pintu Masuk Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Perjalanan menuju Tumpang berjarak 19km estimasi waktu tempuh 40 menit di tambah sarapan pagi sekitar 20 menit. Sedang Jarak Tempuh Tumpang menuju Gubugklakah +/- 20 menit sepanjang 14km.
Pukul 07:03 sampailah kami di Gubugklakah berjarak tak jauh dari Wisata Air Terjun Coban Pelangi. Disini kami menepi sejenak sambil melihat-lihat suasana sekitar.
menepi |
Usai beristirahat 7 menit kami melanjutkan perjalanan kembali. Kali ini kondisi Jalan berlubang-lubang dan tidak terlalu luas. Namun kondisi tersebut tidak berlangsung lama, sekitar 10 menit kami sampai di Gapura Selamat Datang Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Di tempat ini kami berdua di sambut oleh petugas untuk membayar Tiket Masuk sebesar Rp.25.000,-/orang.
jalur berlubang menuju Gate Taman Nasional Bromo |
jalur berlubang menuju Gate Taman Nasional Bromo |
Pintu Masuk Taman Nasional Bromo Tengger Semeru |
Loket Petugas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru |
Menelusuri jalan beraspal tampak Menara bernama Coban Trisula. Menara tersebut adalah Gardu Pandang untuk mengamati Satwa yang ada di kawasan tersebut. Kami pun mencoba naik ke atas meski harus memanjat tangga besi tegak lurus sampai ke lantai 2. Namun lantai berikutnya tersedia tangga kayu tanpa harus memanjat. Udara di atas menara cukup sejuk siang itu.
Tangga Besi tegak lurus di sebelah kiri - Menara coban trisula |
berlantai keramik - Menara coban trisula |
pemandangan dari atas Menara coban trisula |
Menara coban trisula |
Pukul 07:52 kami kembali menjelajahi jalan beraspal dan memasuki Desa Ngadas yang berada di atas ketinggian. Selama perjalanan di suguhi hamparan Bukit Perkebunan berundak dengan kemiringan nyaris berdiri tegak. Beberapa tempat tinggal pun tampak di Lereng-lereng bukit. Pemandangan yang sangat jarang sekali bisa di temui.
jalan beraspal desa ngadas |
jalan beraspal desa ngadas |
Perkebunan desa Ngadas |
Perkebunan desa Ngadas |
15 menit perjalanan sampailah di Pertigaan Jemplang dusun Jarak ijo tepat pukul 08:05. Disini Terdapat Pos dan 2 jalur yang tidak terlalu luas. Jalur kiri menurun ke bawah menuju Kaldera Pasir Bromo, sedang jalur kanan menanjak ke atas menuju Desa Ranupane Basecamp dari Gunung semeru.
Pertigaan Jemplang kiri turun ke Bromo Kanan naik ke semeru |
View Gunung Semeru dari pos Jemplang |
Sebelum menyusuri Kaldera Bromo, kami memutuskan menengok Desa Ranupane terlebih dahulu sambil melihat gunung semeru dari jarak lebih dekat. Menurut google map jarak tempuh sekitar 6,5km dari simpang jemplang dengan estimasi waktu 15 menit. Selama perjalanan jalur ini cukup menegangkan karena jalurnya yang sempit dan berkelok, terkadang harus berhimpitan dengan Kendaraan Jeep.
Area Parkir kendaraan Ranu Pani |
Pintu Desa wisata Ranu Pani |
Setiba di Gerbang Desa Wisata Ranu Pani, kami beristirahat di satu warung tak jauh dari pintu gerbang. Waktu menunjukkan pukul 08:25 namun udara dingin di desa ini sangat terasa sekali. Jari-jari tangan tetap dingin meski telah memakai sarung tangan. Kami langsung memesan teh panas dan mie rebus panas guna meminimalis rasa dingin. Setelahnya kami berjalan menuju danau Ranu Pani yang berada di belakang warung sambil sesekali berjemur.
Danau Ranu Pani |
Pukul 09:48 kami bergegas kembali ke Jemplang, menuruni jalan desa Ranupane bersisi jurang dengan durasi Kurang lebih 11 menit. Pukul 10:00 barulah kami memulai berseluncur ria di Kaldera Pasir Vulkanik Bromo.
Jalur menurun sisi bromo |
View Kaldera Pegunungan Bromo |
Tak dapat di pungkiri, Pesona Bromo memang sangat menakjubkan. Gugusan Tebing hijau tinggi menjulang dengan gagahnya. Tanaman pun tumbuh rimbun bak rangkaian dekorasi. Sungguh tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Bentukan Alam ratusan tahun yang Luar biasa mengagumkan.
selfie dulu - Gunung Bromo |
Memasuki Kaldera Pasir Gunung Bromo |
Bukit Teletubbies |
kondisi pasir bromo musim kemarau |
Setelah berbaku hantam dengan Lautan Pasir, sampailah kami di Pelataran Gunung Batok dan Gunung Bromo serta Pura Luhur Bromo. Memakan waktu 1 jam kami harus membelah lembutnya Lautan Pasir Bromo dengan sesekali turun dari motor dan berjalan kaki. Panas Terik disertai Angin dingin dan berdebu terbayar lunas oleh Megahnya Kompleks Pegunungan Bromo.
monumen pasir bromo |
gunung bromo |
Pukul 12:30 Tibalah waktu-nya kami mengakhiri petualangan menembus dahsyat-nya Kaldera Pasir Bromo. Tak terasa kami telah menaklukan bentang lautan pasir vulkanik dengan bersepeda Motor. Pasir yang selalu berbisik kala angin bertiup kencang. Terkadang membentuk pusaran tanpa disangka dan di minta. Saatnya kami kembali pulang ke rumah, pulang dengan jalur yang berbeda. Jalur Pasuruan, jalur terciamik sekaligus tersulit menuju kawasan Kompleks Pegunungan Bromo.
bukit tanjakan gunung bromo menuju jalur pasuruan |