Lontong Sayur Jalan Dhoho Kediri


Lontong Sayur Jalan Dhoho Kediri

Pagi itu, cuaca kota kediri memang terasa sangat cerah. Lalu lalang kendaraan beroda pun tidak terlalu padat terlihat. 17 April 2015, pertama kali-nya keluarga saya berkunjung ke Kota Kediri untuk menghadiri acara ngundoh mantu yang telah berlangsung di Tangsel 2 minggu sebelumnya. Sekitar pukul 06:30, Kereta Api Gajayana jurusan Gambir-Malang tiba di stasiun kediri. Saya pun bertugas menjemput dan mengantar keluarga untuk beristirahat di salah satu hotel terdekat dari Stasiun dan pusat kota. Maklum saja, perjalanan 12 jam dari Jakarta dengan posisi duduk cukup membuat punggung bagian belakang terasa kaku.

Suasana di Stasiun memang masih terasa sepi. Saya berdua duduk di kedai soto depan Stasiun Kediri sambil menunggu keluarga tiba. Sepuluh menit kemudian, rombongan pun tiba. Ibu dan Bapak terlihat di barisan tengah setelah Adik saya dan sang keponakan kecil muncul tanpa malu-malu. Disusul Bude bersama asistennya mas seno dan mba inah yang berada di barisan belakang. Kami pun melepas kangen. Bersalaman dan saling bercanda mengawali perjalanan kami menuju penginapan.


Setiba di penginapan, kami masih harus menunggu terlebih dahulu. Pasalnya kami datang lebih awal dari jadwal bookingan. Hingga harus menunggu 1-2 jam untuk mendapatkan 3 kunci kamar yang telah di pesan. Akhirnya kami memutuskan berkeliling sambil mencari sarapan pagi. Tampak sedikit lengang arus lalu lintas di pusat kota ini. Tidak terlihat penjaja kaki lima di sisi jalan. berbanding terbalik dengan suasana di malam hari. Sepertinya jantung kota ini hidup pada sore dan malam hari bak ibukota Yogyakarta.

Kami menelusuri satu persatu deretan kios dan warung yang masih nampak tertutup rapat. Sampai pada satu pilihan ketika kami melewati jalan dhoho. Gerobak berspanduk lontong jalan dhoho mencuri perhatian. Beberapa pembeli tampak duduk di sisi gerobak. Kami pun memesan Lontong sayur dan lontong tahu menu utama yang di tawarkan.



Lontong sayur dan lontong tahu tersaji pada piring rotan beralaskan daun pisang. Labu siam, kacang panjang, kerupuk dan bawang goreng menghiasi sebagian besar sayur lontong berpicuk daun ini. Dengan campuran kuah santan yang tidak terlalu kental, rasa gurih dan sedikit pedas membuat kuah sayur lontong terasa ringan di nikmati sebagai sarapan pagi. Berbeda dengan lontong tahu. Pada menu ini tidak berkuah, melainkan kacang tanah, cabe rawit dan kecap manis serta petis udang di ulek menjadi satu di sebuah cobek batu.

Setelah halus, barulah potongan tahu di campur dan di aduk rata. Lalu tahu di sajikan bersama lontong, toge yang telah di rebus serta kerupuk dan taburan bawang goreng. Rasanya pun tidak terlalu istimewa, menurut saya rasa petis udang masih sangat dominan. Sehingga masih meninggalkan rasa getir dan sedikit pahit di mulut. Namun boleh jadi panganan ini sangat cocok buat kalian penyuka berat rasa petis udang.


Kami membayar sekitar Rp. 70.000,- untuk 7 porsi lontong sayur dan 1 lontong tahu serta minuman, dan beberapa gorengan yang tersaji. Setelah kenyang dan cukup lama menikmati sarapan pagi di temani lalu lalang kendaraan, kami pun bergegas menuju penginapan untuk beristirahat sekaligus bersiap menikmati suasana malam di kota kediri.


Powered by Blogger.