Bukit di ketinggian 1100mdpl dengan jalur yang terus menanjak berhimpit jurang Alang-alang ini, membuat sensasi berbeda di setiap detik perjalanan kami.
Bukit watu Jengger atau Joko Mujung terletak di kawasan Taman Hutan Raya (Tahuta) R Soeryo, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten mojokerto - Jawa Timur. Beberapa sumber menyebut-nya sebuah gunung, namun ternyata Watu Jengger ini adalah bukit.
Sabtu pukul 07:30 pagi, Kami bergegas menuju Dusun Nawangan Kabupaten Mojokerto. Di dusun inilah Bukit Watu Jengger berada. Berangkat menggunakan sepeda motor dari Trosobo - Sidoarjo kami meluncur menuju jalur yang tertera di google map. Namun sebelum-nya menyempatkan diri sarapan terlebih dahulu, agar saat mendaki makanan dalam perut telah tercerna dengan baik.
soto ayam |
Mengikuti petunjuk google map, perjalanan tidaklah sulit dan terbilang mulus. Jalur yang kami lewati pun beralaskan aspal. Mulai dari jalan lebar hingga jalan menyempit sesaat memasuki Dusun Lebak Kecamatan Jatirejo.
google map
dusun lebak Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Di dusun ini kami harus melewati kerumunan hutan jati yang cukup panjang dan sepi dengan jalur lumayan berkelok. Keseruan perjalanan di mulai. Melintasi hutan jati membuat takjub sekaligus was was. Takjub dengan keindahan alamnya skaligus was was dengan jalurnya yang sepi. Terlebih ketika harus melewati jalan terjal berbatu.
Ternyata akses jalan sekitar 2 km menuju Dusun Nawangan, kaki Bukit Watu Jengger rusak parah. Kerikil tajam hingga bebatuan seakan menggoncang tubuh kami. Laju motorpun tertahan diangka 20 km/jam.
hutan jati Bukit Watu Jengger Mojokerto |
jalur rusak Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Gapura masuk dusun Nawangan - Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Kegaduhan perjalanan terhenti setiba di Gapura Dusun Nawangan. Jalur cor telah menghiasi laju kendaraan menuju lokasi. Namun di persimpangan jalan, kami di kejutkan oleh dua relawan parkir yang mengatakan bahwa Area parkir berada jauh dari Pos perijinan. Tak tau persis berapa meter jaraknya. Yang pasti dari tempat parkir, kami harus berjalan hingga penghabisan jalan cor dan berlanjut memasuki jalur tanah menuju hutan.
Dusun nawangan - Bukit Watu Jengger Mojokerto |
relawan parkir - Bukit Watu Jengger Mojokerto |
area parkir - Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Tidak seperti obyek wisata pada umumnya, ketika pengunjung datang langsung di sambut gerbang masuk dan loket masuk atau juga lahan parkir yang luas. Namun disini pengunjung di wajibkan berjalan terlebih dahulu memasuki rimbunan hutan dengan jalur setapak cukup jauh hingga akhirnya sampai di Pos Perijinan Bukit Watu Jengger.
penghabisan jalan cor - Bukit Watu Jengger Mojokerto |
menuju hutan - hutan jati Bukit Watu Jengger Mojokerto |
pohon tumbang tanda memasuki pos Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Sesampai di Pos Perijinan, Kami langsung registrasi dengan syarat menitipkan KTP dan membayar tiket sebesar Rp. 10.000,- perorang. Menurut petugas, cukup 2 jam berjalan santai untuk sampai ke Puncak Bukit Jengger.
Pos perijinan Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Bukit Watu Jengger Mojokerto |
start pendakian Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Tepat pukul 10:00 kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Perjalanan dari Pos perijinan di dominasi jalur berbatu lalu berganti dengan jalan tanah yang padat. Jalan yang kami lalui landai dan tidak exstrem tetapi akan menanjak terus, hampir tidak ada jalur yang menurun.
Terlebih ketika memasuki barisan hutan pinus yang sangat rimbun. Sebaiknya ketika melalui jalur menanjak irama kaki dan nafas harus saling bergantian. Semisal kaki kanan melangkah naik, nafas menghirup. Disusul kaki kiri melangkah, nafas menghembus. Lakukan bergantian secara teratur mengikuti irama langkah kaki. Sehingga meminimalis masalah pernafasan meski jalur yang dilalui lebih menanjak.
jalur berbatu Bukit Watu Jengger Mojokerto jalur tanah padat Bukit Watu Jengger Mojokerto |
hutan pinus hutan Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Selepas hutan pinus , jalan mulai menyempit. Pohon dan semak belukar begitu dekat mengiringi langkah menuju Pos 1. Namun Kami di kejutkan oleh Aroma wangi bunga yang terhirup jelas di batang hidung.
Terkadang hilang dan muncul kembali secara tiba- tiba dengan durasi yang intens. Kami pun mengamati sekitar, apakah ada tanaman bunga atau pohon yang mengeluarkan aroma wangi semerbak. Entahlah...
memasuki jalur wangi bunga Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Sampailah kami di Pos 1. Tidak seperti pos pendakian lain berupa bangunan. Sebutan pos di bukit ini hanyalah lahan tanah datar yang di gunakan untuk membuka tenda atau beristirahat.
tanah lapang pos 1 Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Menuju Pos 2 jalur semakin menyempit dan menanjak. Jurang di sisi kanan pun terlihat cukup jelas. Rimbunan pohon terganti oleh padang rumput semak belukar. Namun kami harus bersiap dengan terik matahari dan sentuhan liar Si rumput ilalang. Rumput ilalang atau di sebut juga Alang-alang adalah jenis rumput berdaun tajam. Bisa di bayangkan jika tumbuhan tersebut tumbuh rapat di jalur setapak.
menuju pos 2 Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Rumput ilalang pos 2 Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Langkah kami terhenti ketika melihat bambu panjang terpasang di tengah jalan sempit yang akan kami lalui. Jalur tersebut licin dan sedikit curam dengan jurang di salah satu bagian sisi-nya. Kemudian di sambut tangga setapak yang hanya dapat dilalui satu orang secara bergantian.
Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Sesampai diatas kami langsung melihat lahan luas tempat Pos 3 berada. Pos ini memiliki lahan datar paling luas di banding kedua pos sebelumnya. Namun sepertinya hanya cukup untuk menampung belasan tenda saja. Disini kami memutuskan untuk memasang tenda pada jalur melintas tepat di bawah pohon rindang sisi jurang.
pos 3 Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Tiga puluh menit kami berdua beristirahat di dalam tenda sambil menikmati alam sekitar. Berada dilokasi ini, kalian bisa melihat Puncak watu jengger dari kejauhan.
Bukit berundak dengan bendera merah putih tampak terpasang di puncak, membuat ingin cepat-cepat beralih dari tenda. Namun karena waktu masih panjang dan bukit telah terlihat, berjalan santai menjadi pilihan tak terelakkan.
pos 3 Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Kami berdua meneruskan perjalanan menuju puncak. Backpack ransel bersama perlengkapan gunung kami tinggal di dalam tenda dan kembali menerjang rumput Alang- alang. Menapaki bukit watu jengger tidaknya sulit bagi kalian yang telah terbiasa mendaki. Namun harus melewati hiruk pikuk Alang-alang setinggi 1,5 meter, bukanlah hal yang mudah pula. Terlebih bagi kalian yang pobia akan ulat. Boleh jadi Alang-alang bercampur semak belukar tersebut adalah tempatnya.
Alang-alang menuju puncak Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Rumput Alang-alang selepas pos 3 menuju puncak, memang benar-benar memukau sekaligus menciutkan nyali. Semakin masuk kedalam ternyata semakin tinggi dan lebat daunnya. Pandangan ke depan nyaris tidak terlihat. Mata hanya bisa tertunduk kebawah mengikuti arah jalan setapak yang cukup berliku.
ilalang Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Padang Alang-alang Bukit Watu Jengger Mojokerto |
Setelah 2 kali melewati Padang tersebut secara berturut-turut, akhirnya kami sampai pada jalur yang lebih lebar. Meski semak belukar masih menyertai, tetapi jarak pandang ke seluruh arah terlihat jelas. Hamparan perbukitan hijau menjulang tinggi menjadi pemandangan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Jurang menganga terlihat sangat esotik hingga sesekali burung elang terbang melintas.
Sungguh begitu sempurna segala ciptaan-Mu. Ketika bukit, gunung serta aneka ragam hayati didalamnya bersanding menjadi satu kesatuan bersama hamparan langit serta awan yang terus beriring. Maka nikmat mana lagi yang harus di ingkari. Akan kan tangan-tangan jahil merusak keindahan tersebut?
Semakin mendekati puncak, semakin hati ini berbisik betapa kecil dan lemah-nya manusia hidup di alam bumi ini. Alam beserta isinya sangat luas dan besar ketika berada diatas ketinggian-nya. Hanya sebentuk titik kecil manakala kami terlihat dari kejauhan.
Canda tawa para pengunjung terlihat memenuhi tempat bendera Merah putih berdiri. Tak terasa telah sampai di puncak bukit. Puncak dengan ketinggian 1100mdpl ini di tandai oleh tiang bambu dengan bendera merah putih yang terikat pada sebuah batang pohon. Di sini kalian bisa berfoto dari berbagai sudut dengan latar belakang yang berbeda.
Belum puas rasanya, kami berdua terus menyusuri bagian terujung jalan hingga penghabisan. Aksi bergantian foto mewarnai tingkah kocak kami saat membaur bersama pengunjung lain. Sebagian besar memilih duduk dan berdiri memadati tepi jurang sambil menghadap ke arah Bukit Runcing di seberang puncak.
Hmm...Apakah bukit itu yang di sebut Watu Jengger? ataukah jalur panjang-nya yang mirip dengan Jengger Ayam?
No comments:
Post a Comment